Kamis, 28 Februari 2013

PERUBAHAN MAKNA


11.     PENDAHULUAN
Sematik diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti. Chaer (2009:2). Menurut Kridalaksana (2008:216) Semantik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Jika makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah maka secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Tidak tertutup kemungkinan perubahan makna dikarenakan oleh bahasa tersebut bersifat dinamis. Bahasa bersifat dinamis berarti bahasa yang kita miliki akan terus berkembang selagi manusia menggunakan bahasa tersebut. Seperti pada realita yang terjadi banyak kata-kata yang sering digunakan mengalami perubahan makna, seperti di surat kabar, majalah, dan berbagai media lainnya.
2.      PERUBAHAN MAKNA
Perubahan menurut KBBI (2008:1514) adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan makna menurut Kridalaksana (2008:148) adalah maksud pembicaraan; pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa; cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Selanjutnya dalam KBBI (2008: 864) makna adalah arti; maksud pembicara atau penulis. Dari beberapa definisi tersebut, maka perubahan makna merupakan berubah atau bertukarnya arti kata yang digunakan oleh manusia atau kelompok manusia. Perubahan makna menurut Chaer (2009) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
2.1  Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi
Berkembangnya ilmu dan teknologi dapat menyebabkan perubahan makna. Kata yang mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau temuan ilmu dan teori yang baru sebagai akibat dari perkembangan teknologi tersebut.
Perubahan makna yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi adalah pada kata Perusaahan Listrik Negara (PLN). Akibat adanya perkembangan teknologi kata ini jarang dipakai karena adanya perkembangan teknologi sehingga penyebutannya lebih dikhususkan kepada tenaga yang dipakai sebagai pembangkit listrik tersebut, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Dan Uap (PLTGU).
2.2  Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan sosial dan budaya juga merupakan penyebab terjadinya perubahan makna. Misalnya pada kata bidan. Akibat dari adanya perubahan sosial kemasyarakatan maka kata tersebut digunakan untuk orang yang telah mendapat pendidikan dari akademi kebidanan saja. Namun pada zaman dahulu kata bidan biasa digunakan untuk orang yang menolong proses bersalin meskipun tidak mendapat pendidikan atau hanya berdasarkan pengalaman, biasanya disebut juga dengan dukun beranak.
2.3  Perbedaan Bidang Pemakaian
Setiap kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidangnya. Misalnya kata mengeruk digunakan untuk kegiatan menggali tanah atau mengambil sesuatu yang ada di dalam. Kata memancing digunakan untuk kegaiatan menangkap ikan. Kata terbang digunakan untuk burung, karena burung memiliki kemampuan untuk terbang. Namun, pada kenyataannya kata-kata yang tercetak miring tersebut juga digunakan dalam bidang-bidang lain. Seperti kata mengeruk, Angelina mengeruk dana pembangunan Wisma atlet. Mengeruk pada kalimat tersebut mempunyai makna mengambil. Kata memancing, Robin memancing emosi Bima sehingga terjadi perkelahian itu. Kata memancing berarti sengaja menimbulkan emosi. Kata terbang, Andi terbang ke Sulawesi kemarin. Kata terbang bermakna perjalanan yang menggunakan pesawat terbang.
Kata-kata pada contoh tersebut digunakan dalam bidang lain sehingga makna yang timbul tidak sama dengan makna yang semestinya.
2.4  Adanya Asosiasi
Perubahan makna terjadi karena adanya asosiasi. Contohnya saat berada dirumah makan, biasanya orang akan memesan dengan sebutan, “ayam satu”. Frase ayam satu tersebut diartikan sebagai permintaan lauk ayam sepotong atau satu porsi. Tidak akan mungkin pelayan tersebut membawakan seekor ayam yang masih hidup. Hal ini dikarenakan adanya asosiasi terhadap konteks yang ada.
2.5  Pertukaran Tanggapan Indra
Sebagai manusia kita memiliki indra yang lengkap dan sesuai dengan tugasnya. Lidah sebagai indra pengecapan, hidung sebagai indra penciuman, mata sebagai indra penglihatan, telinga sebagai indra pendengaran dan kulit sebagai indra peraba. Namun, pada penggunaan bahasa adakalanya penggunaan indra tersebut ditukar. Contohnya sering kita dengar perkataan, “senyumnya manis sekali.” Seharusnya kata manis tersebut dirasakan oleh indra pengecapan yaitu lidah. Tetapi frase tersebut diucapkan karena si penutur melihat, artinya menggunakan indra penglihatan yaitu mata.
2.6  Perbedaan Tanggapan
Pandangan hidup dan ukuran norma dalam kehidupan masyarakat menjadikan banyak kata yang digunakan memiliki rasa rendah atau kurang menyenangkan dan rasa yang tinggi atau yang mengenakkan. Contohnya pada kata jantan dan betina. Jika kita menggunakan kata jantan dan betina pada manusia sebagian orang akan memandang rendah atau kurang menyenangkan. Namun jika jantan dan betina tersebut digunakan pada binatang maka akan diterima oleh masyarakat luas.
2.7  Adanya Penyingkatan
Masyarakat pada umumnya sering menggunakan atau menyebutkan kata tanpa keseluruhan dan dapat difahami oleh orang lain. Misalnya Bibi melahirkan di  Rumah Sakit. Kata melahirkan pada kalimat tersebut tidak perlu lagi dijelaskan melahirkan anak, karena menurut masyarakat kata melahirkan itu identik dengan melahirkan anak.
Selain kata melahirkan, ada juga singkatan yang sering digunakan oleh masyarakat, yaitu singkatan Hansip (Pertahanan Sipil).


2.8  Proses Gramatikal
Perubahan makna terjadi dalam proses gramatikal seperti adanya afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (gabungan kata). Contohnya baca. Kata dasar baca apabila bertemu dengan morfem meN- (mem) akan menjadi membaca. Membaca berarti melakukan kegiatan baca. Sedangkan jika kata dasar baca digabungkan dengan morfem PeN- (pem) akan menjadi pembeca. Pembaca berarti orang yang membaca.

2.9  Pengembangan Istilah
Pengembangan atau pembentukan makna baru dengan memanfaatkan kosakata yang ada dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata menggalakkan. Dahulunya kata menggalakkan berarti membuat jadi galak (buas atau berani), sedangkan sekarang ini kata galak juga diartikan sebagai membangkitkan kegairahan. Menggalakkan sering dipakai dalam bidang pemerintahan. Contoh: Pemerintah menggalakkan program KB kepada masyarakat.

3.      Jenis Perubahan
Jenis Perubahan menurut Chaer (2009) adalah sebagai berikut.
3.1  Meluas
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna. Namun karena adanya beberapa faktor, kata tersebut mengalami perluasan makna. Contoh pada kata Ibu. Ibu adalah orang tua perempuan yang telah melahirkan kita. Namun pada penggunaanya ibu tidak hanya dipakai unutk orang tua tetapi dipakai sebagai sapaan yang bersifat menghormati orang yang lebih tua atau jabatannya lebih tinggi.
Perubahan makna meluas juga dapat dicontohkan dengan penggunaan kata cuci. cuci merupakan membersihkan dengan air. Namun penggunaannya juga kita temukan pada frase cuci gudang yang berarti menjual barang-barang dengan harga yang rendah. Selanjutnya frase cuci otak dan cuci mata.
3.2  Menyempit
Perubahan menyempit adalah terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Contoh penggunaan kata Kitab. Dahulu orang mnyebut kitab sebagai buku, namun karena adanya penyempitan makna, kata kitab berarti firman allah yang dibukukan, bukan lagi buku.
3.3  Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Contohnya pada kata Batavia. Batavia dulunya sebutan lain untuk kota Jakarta namun saat ini Batavia adalah salah satu perusahaan penerbangan swasta.
3.4  Penghalusan (Eufemia)
Kecenderungan untuk menghaluskan kata yang digunakan sebenarnya sering terjadi dalam percakapan sehari-hari. Contohnya orang cenderung menyebutkan tutup usia. Tutup usia berarti meninggal dunia. Tutup usia ini telah terjadi penghalusan dari kata meninggal dunia ataupun mati. Selanjutnya, kata diamankan. Kata diamankan mendapat penghalusan dari kata ditangkap. Biasanya sering terdengar saat ada kejadian kriminal.
3.5  Pengasaran (Disfemia)
Gejala pengasaran biasanya terjadi saat orang yang menggunakan kata tersebut dalam keadaan jengkel atau marah. Contoh  pada kata menggarap. Tersangka mengggarap korban hingga pingsan.



4.      KESIMPULAN
Perubahan makna adalah bertukar atau beralihnya makna pada suah kata. Fenomena perubahan kata disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran tanggapan indra, perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, proses gramatikal, dan pengembangan istilah. Perubahan makna memiliki beberapa jenis, yaitu: meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran.





 DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:     PT Gramedia Pustaka Utama.




Senin, 25 Februari 2013

semester 6

aku harus bisa mengejar keterlambatanku...
aku terlalu banyak membuang waktu
hingga aku benar2 terjatuh
udah keg lagunya ST12 yuaa..
:)