11. PENDAHULUAN
Sematik
diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti. Chaer (2009:2). Menurut
Kridalaksana (2008:216) Semantik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; sistem dan
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Jika
makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah maka secara diakronis ada
kemungkinan bisa berubah. Tidak tertutup kemungkinan perubahan makna
dikarenakan oleh bahasa tersebut bersifat dinamis. Bahasa bersifat dinamis
berarti bahasa yang kita miliki akan terus berkembang selagi manusia
menggunakan bahasa tersebut. Seperti pada realita yang terjadi banyak kata-kata
yang sering digunakan mengalami perubahan makna, seperti di surat kabar,
majalah, dan berbagai media lainnya.
2. PERUBAHAN
MAKNA
Perubahan
menurut KBBI (2008:1514) adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan
makna menurut Kridalaksana (2008:148) adalah maksud pembicaraan; pengaruh
satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia; hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa
dan alam di luar bahasa; cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Selanjutnya
dalam KBBI (2008: 864) makna adalah arti; maksud pembicara atau penulis. Dari beberapa
definisi tersebut, maka perubahan makna merupakan berubah atau bertukarnya arti
kata yang digunakan oleh manusia atau kelompok manusia. Perubahan makna menurut
Chaer (2009) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
2.1 Perkembangan
dalam Ilmu dan Teknologi
Berkembangnya
ilmu dan teknologi dapat menyebabkan perubahan makna. Kata yang mengandung
konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep
makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau
temuan ilmu dan teori yang baru sebagai akibat dari perkembangan teknologi
tersebut.
Perubahan
makna yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi adalah pada kata Perusaahan Listrik Negara (PLN). Akibat
adanya perkembangan teknologi kata ini jarang dipakai karena adanya
perkembangan teknologi sehingga penyebutannya lebih dikhususkan kepada tenaga
yang dipakai sebagai pembangkit listrik tersebut, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Dan Uap
(PLTGU).
2.2 Perkembangan
Sosial dan Budaya
Perkembangan
sosial dan budaya juga merupakan penyebab terjadinya perubahan makna. Misalnya
pada kata bidan. Akibat dari adanya
perubahan sosial kemasyarakatan maka kata tersebut digunakan untuk orang yang
telah mendapat pendidikan dari akademi kebidanan saja. Namun pada zaman dahulu
kata bidan biasa digunakan untuk
orang yang menolong proses bersalin meskipun tidak mendapat pendidikan atau
hanya berdasarkan pengalaman, biasanya disebut juga dengan dukun beranak.
2.3 Perbedaan
Bidang Pemakaian
Setiap
kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan
makna tertentu dalam bidangnya. Misalnya kata mengeruk digunakan untuk kegiatan menggali tanah atau mengambil
sesuatu yang ada di dalam. Kata memancing
digunakan untuk kegaiatan menangkap ikan. Kata terbang digunakan untuk burung, karena burung memiliki kemampuan
untuk terbang. Namun, pada kenyataannya kata-kata yang tercetak miring tersebut
juga digunakan dalam bidang-bidang lain. Seperti kata mengeruk, Angelina mengeruk dana pembangunan Wisma atlet. Mengeruk pada kalimat
tersebut mempunyai makna mengambil. Kata memancing, Robin memancing emosi Bima
sehingga terjadi perkelahian itu. Kata memancing berarti sengaja
menimbulkan emosi. Kata terbang, Andi terbang ke Sulawesi kemarin. Kata
terbang bermakna perjalanan yang menggunakan pesawat terbang.
Kata-kata
pada contoh tersebut digunakan dalam bidang lain sehingga makna yang timbul
tidak sama dengan makna yang semestinya.
2.4 Adanya
Asosiasi
Perubahan
makna terjadi karena adanya asosiasi. Contohnya saat berada dirumah makan,
biasanya orang akan memesan dengan sebutan, “ayam satu”. Frase ayam satu tersebut diartikan sebagai permintaan
lauk ayam sepotong atau satu porsi. Tidak akan mungkin pelayan tersebut
membawakan seekor ayam yang masih hidup. Hal ini dikarenakan adanya asosiasi
terhadap konteks yang ada.
2.5 Pertukaran
Tanggapan Indra
Sebagai
manusia kita memiliki indra yang lengkap dan sesuai dengan tugasnya. Lidah
sebagai indra pengecapan, hidung sebagai indra penciuman, mata sebagai indra
penglihatan, telinga sebagai indra pendengaran dan kulit sebagai indra peraba.
Namun, pada penggunaan bahasa adakalanya penggunaan indra tersebut ditukar.
Contohnya sering kita dengar perkataan, “senyumnya
manis sekali.” Seharusnya kata manis tersebut dirasakan oleh indra
pengecapan yaitu lidah. Tetapi frase tersebut diucapkan karena si penutur
melihat, artinya menggunakan indra penglihatan yaitu mata.
2.6 Perbedaan
Tanggapan
Pandangan
hidup dan ukuran norma dalam kehidupan masyarakat menjadikan banyak kata yang
digunakan memiliki rasa rendah atau kurang menyenangkan dan rasa yang tinggi
atau yang mengenakkan. Contohnya pada kata jantan dan betina. Jika kita
menggunakan kata jantan dan betina pada manusia sebagian orang akan memandang
rendah atau kurang menyenangkan. Namun jika jantan dan betina tersebut
digunakan pada binatang maka akan diterima oleh masyarakat luas.
2.7 Adanya
Penyingkatan
Masyarakat
pada umumnya sering menggunakan atau menyebutkan kata tanpa keseluruhan dan
dapat difahami oleh orang lain. Misalnya Bibi
melahirkan di Rumah Sakit. Kata melahirkan pada kalimat
tersebut tidak perlu lagi dijelaskan melahirkan anak, karena menurut masyarakat
kata melahirkan itu identik dengan melahirkan anak.
Selain
kata melahirkan, ada juga singkatan yang sering digunakan oleh masyarakat,
yaitu singkatan Hansip (Pertahanan Sipil).
2.8 Proses
Gramatikal
Perubahan
makna terjadi dalam proses gramatikal seperti adanya afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi (gabungan kata). Contohnya baca. Kata dasar baca apabila bertemu
dengan morfem meN- (mem) akan menjadi membaca. Membaca berarti melakukan
kegiatan baca. Sedangkan jika kata dasar baca digabungkan dengan morfem PeN-
(pem) akan menjadi pembeca. Pembaca berarti orang yang membaca.
2.9 Pengembangan
Istilah
Pengembangan
atau pembentukan makna baru dengan memanfaatkan kosakata yang ada dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, kata menggalakkan. Dahulunya kata menggalakkan berarti membuat
jadi galak (buas atau berani), sedangkan sekarang ini kata galak juga diartikan
sebagai membangkitkan kegairahan. Menggalakkan sering dipakai dalam bidang
pemerintahan. Contoh: Pemerintah menggalakkan program KB kepada
masyarakat.
3. Jenis
Perubahan
Jenis
Perubahan menurut Chaer (2009) adalah sebagai berikut.
3.1 Meluas
Perubahan
makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
hanya memiliki sebuah makna. Namun karena adanya beberapa faktor, kata tersebut
mengalami perluasan makna. Contoh pada kata Ibu. Ibu adalah orang tua perempuan
yang telah melahirkan kita. Namun pada penggunaanya ibu tidak hanya dipakai
unutk orang tua tetapi dipakai sebagai sapaan yang bersifat menghormati orang
yang lebih tua atau jabatannya lebih tinggi.
Perubahan
makna meluas juga dapat dicontohkan dengan penggunaan kata cuci. cuci merupakan
membersihkan dengan air. Namun penggunaannya juga kita temukan pada frase cuci
gudang yang berarti menjual barang-barang dengan harga yang rendah. Selanjutnya
frase cuci otak dan cuci mata.
3.2 Menyempit
Perubahan
menyempit adalah terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna
yang luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.
Contoh penggunaan kata Kitab. Dahulu orang mnyebut kitab sebagai buku, namun
karena adanya penyempitan makna, kata kitab berarti firman allah yang
dibukukan, bukan lagi buku.
3.3 Perubahan
Total
Perubahan
total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Contohnya
pada kata Batavia. Batavia dulunya sebutan lain untuk kota Jakarta namun saat
ini Batavia adalah salah satu perusahaan penerbangan swasta.
3.4 Penghalusan
(Eufemia)
Kecenderungan
untuk menghaluskan kata yang digunakan sebenarnya sering terjadi dalam
percakapan sehari-hari. Contohnya orang cenderung menyebutkan tutup usia. Tutup usia berarti meninggal
dunia. Tutup usia ini telah terjadi penghalusan dari kata meninggal dunia
ataupun mati. Selanjutnya, kata diamankan.
Kata diamankan mendapat penghalusan dari kata ditangkap. Biasanya sering terdengar
saat ada kejadian kriminal.
3.5 Pengasaran
(Disfemia)
Gejala
pengasaran biasanya terjadi saat orang yang menggunakan kata tersebut dalam
keadaan jengkel atau marah. Contoh pada
kata menggarap. Tersangka mengggarap korban
hingga pingsan.
4. KESIMPULAN
Perubahan
makna adalah bertukar atau beralihnya makna pada suah kata. Fenomena perubahan
kata disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: perkembangan ilmu dan teknologi,
perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran
tanggapan indra, perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, proses gramatikal,
dan pengembangan istilah. Perubahan makna memiliki beberapa jenis, yaitu:
meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer,
Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana,
Harimurti. 2009. Kamus Linguistik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.